Usia 25 tahun ke atas adalah usia yang rawan. Orang-orang kerap
menyebut wilayah usia ini rentan akan “Quarter Life Crisis”, di mana
mayoritas manusia setengah abad sedang galau-galaunya akan berbagai
pilihan hidup. Mulai dari pekerjaan, studi lanjutan, sampai jeratan
cinta yang terus memborbardir adalah cobaan sehari-hari.
Jika dipikir-pikir, memang tragis betul nasib para pejuang 25 ini.
Apalagi yang hidupnya mengalami komplikasi sehingga semua pertanyaan
“Kapan?” terakumulasi dengan sempurna dalam dirinya, menyebabkan
kejang-kejang jati diri. Kemungkinan paling sehat adalah jika ia
berhasil menemukan jawaban untuk satu saja jenis “Kapan?” yang paling
digemari—“Kapan nikah?”, tapi persentasenya hanya 15%. Sementara kondisi
paling pahit ya adanya kans sebesar 85% terkena stroke identitas.
Menurut survei, 4 dari 5 orang mengaku bahwa kasus percintaan adalah
masalah terbesar yang paling dikeluhkan dalam usia keramat ini. Friendzone,
kakakadekzone, jomblo karatan, pacaran tanpa kadaluarsa, dan masih
banyak lagi masalah yang menggayuti benak para muda-mudi perempatan
pertama kehidupan itu. Dan ternyata, daya tahan para korban krisis diri
ini jauh lebih baik saat menghadapi kemarau finansial dibandingkan saat
gersang asmara melanda.
Mereka yang tampak haha-hihi walau dompet setipis macbook air,
justru bisa menangis berdarah-darah dan curhat membabi-buta saat
cintanya kandas. Penyebabnya bisa jadi berasal dari paradigma
turun-temurun bahwa “rejeki tak ke mana, tapi jodoh bisa ke mana-mana”.
Oleh sebab itu, kaum 25-an ini akan lebih legawa menghadapi naiknya
harga BBM dibandingkan melihat naiknya sang mantan atau gebetan ke
pelaminan.
Sebenarnya ada cara-cara untuk bertahan di tengah chaos ini, yang mudah didapatkan dari berbagai situs tips percintaan atau mengampu nilai-nilai kebijaksanaan dari pakar asmara. Tapi ada baiknya jika Anda yang terjebak dalam arus seperempat kesetanan ini memulai perubahan dari diri Anda sendiri.
Coba renungi kembali apa yang menjadi prioritas dalam hidup Anda,
paling tidak untuk tiga tahun ke depan. Jika isinya hanya menikah,
menikah, dan menikah, maka segeralah mencari pasangan yang sesuai.
Pungguk merindukan bulan saja masih lebih baik daripada jomblo merindukan Chelsea Islan, jadi ayolah, Anda bisa berlaku lebih baik dari itu! Ganti sasaran pada dedek-dedek emesh
seperti para personil JKT48 juga tidak banyak membantu, malah akan
makin menjauhkan Anda dari kesempatan mendapat jodoh yang sebenarnya.
Toh para pecinta yang biasanya mengeluh tentang deritanya sebagai korban
PHP itu juga banyak yang melakukan hal serupa pada orang-orang baik
lainnya. Ya, macam Cinta yang mengaku digantungkan Rangga padahal ada Mamet yang ia jadikan asisten serbaguna.
Dalam kasus cinta-cintaan, kadang memang berlaku hukum paling
mendasar di jagad raya: mendahului atau didahului. Daripada berisik
menebar kegalauan dan curhatan sepanjang 5x scroll moment Path, lebih baik tentukan targetan yang sistematis dan realistis.
Memang mencari pasangan hidup tak boleh asal pilih, tapi ya jangan
terlalu pemilih juga. Misalnya saja sudah ada yang jelas-jelas rela
menanti selama 7 tahun dan siap melamar kapan saja, tapi Anda justru
merasa dia tak sepaham dan tak mumpuni untuk menjadi calon bapak bagi
Soekarno masa depan yang ingin Anda lahirkan.
Tentu saja itu hak Anda. Tapi jangan lupa, tikungan selalu ada di
mana-mana dan bribikan bisa lepas kapan saja, terutama jika ada yang
menyogok dengan sebungkus stroberi segar dan manis sebagai pembuka.

Tidak ada komentar